Sejarah Hotel Indonesia Yang Hilang

hotel indonesia

Hampir semua orang Indonesia tahu Hotel Indonesia; sebuah hotel yang namanya dipinjam dari rou n dabout paling terkenal di Indonesia. Hotel Indonesia dibangun bersamaan dengan Tugu Selamat Datang (Bundaran HI) dan keduanya selesai pada waktu yang hampir bersamaan pada bulan Agustus 1962. Hotel Indonesia diresmikan oleh Presiden Indonesia saat itu, Bung Karno. Kedua bangunan tersebut dibangun dalam rangka menyambut Asian Games 1962 yang digelar di Jakarta. Jembatan Semanggi, Kompleks Gelanggang Olahraga Senayan dan Gelora Bung Karno (dengan kapasitas awal 100.000 penonton setelah selesai), dan pelebaran Jalan MH. Thamrin adalah proyek lain yang dibangun dalam rangka Asian Games 1962.

Bung Karno menunjuk arsitek Amerika keturunan Denmark, Abel Sorensen, untuk mendesain hotel yang mengedepankan desain modern minimalis. Hotel ini terdiri dari dua sayap utama, yaitu sayap Ramayana (15 lantai) dan sayap Ganesha (lantai 8). Setiap sayap diposisikan ke arah yang berbeda dengan tujuan memberikan pemandangan kota empat arah. Beberapa ruangan dan fasilitas fungsi lainnya juga dinamai berdasarkan produk budaya Indonesia seperti Kamar Bali, Ruang Reog, dan Ruang Madura.


Hotel Indonesia dipenuhi dengan berbagai karya seni Indonesia mulai dari lukisan, topeng, alat musik tradisional, dan berbagai patung dari seluruh nusantara. Salah satu karya seni yang paling terkenal di Hotel Indonesia adalah relief Gadis-Gadis Bhineka Tunggal Ika yang dipahat oleh Soerono (lihat foto di bawah) dan lukisan karya Lee Man Fong. Interior dan furniture kamar, restoran dan indoor lainnya menggunakan kayu jati asli.

sejarah hotel indonesia

Ada cerita tak terlupakan tentang pragmaticcasino latar belakang pembangunan proyek-proyek besar di Jakarta saat itu (termasuk Hotel Indonesia); dana pengembangan sebesar $10 juta diperoleh dari Uni Soviet sebagai imbalan atas dua tahun produksi karet industri Indonesia. Banyak pihak menilai Asian Games 1962 merupakan titik awal bagi Bung Karno sebagai “pemimpin” bagi non-sekutu. Penting untuk dicatat bahwa setahun setelah selesainya mega proyek tersebut, Jakarta menjadi tuan rumah Ganefo (Games of the New Emerging Forces), sebuah acara olahraga yang dikembangkan untuk menyaingi Olimpiade. 51 negara berpartisipasi dalam Ganefo termasuk Cina, Uni Soviet, Palestina, Kuba, Yugoslavia, dan Afghanistan -kebanyakan non-sekutu.

Hotel Indonesia menjadi ikon kebanggaan bangsa dan reputasi pamornya memuncak sejak dibuka pada tahun 1962 hingga akhir tahun 60-an. Banyak kepala negara dan diplomat menginap di hotel ini, Putri Nusantara (Putri Indonesia) pertama kali diadakan di Ramayana Room, Teguh Karya menjadi sorotan setelah bekerja sebagai Stage Manager in-house theater Hotel Indonesia. Aktor Slamet Raharjo, aktris Rima Melati, dan Christine Hakim adalah beberapa nama yang menjadi bagian dari sejarah teater Hotel Indonesia. Di dunia musik, nama Bill Saragih, Bob Tutupoly, dan Titiek Puspa adalah musisi/penyanyi yang rutin mengisi acara di Nirwana Supper Club yang terletak di lantai paling atas sayap Ramayana. Sampai saat itu, tidak banyak klub malam dapat ditemukan di Jakarta. Bahkan, mungkin tidak ada klub malam di luar Jakarta di Indonesia.

Baca juga : 6 Cara Terbaik Untuk Mendapatkan Hotel Murah

Bersama dengan Bali Beach Intercontinental Hotel, Hotel Indonesia pada awalnya dikelola oleh jaringan hotel terkemuka, Intercontinental Hotels, hingga hubungan kerjasama berakhir pada tahun 1985. Sheraton mengambil alih manajemen selama beberapa tahun sebelumnya oleh PT. Hotel Indonesia International (PT. HII) mengambil alih seluruh operasional. Munculnya hotel-hotel baru di sekitarnya seperti President Hotel (kemudian menjadi Nikko dan sekarang Pullman), The Mandarin (sekarang Mandarin Oriental), dan Bundaran HI Grand Hyatt Area tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh PT. HAI AKU. Hotel Indonesia akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 2004.